Laman

Jumat, 10 November 2023

Curug Seribu CURIGA Mini Tour

 29 Oktober 2023



Cuma touring deket, tapi sudah di sounding sebulan lebih. Nyari tanggal ternyata rada alot, kudu di japri satu satu. Awalnya tanggal 28, tapi karena ada pool party, jadinya fix 29 hari Ahad. Jadinya berlima berangkat.

Titik kumpul ditetapkan di Pom bensin Margonda 31 sebelah KFC. Awalnya mau kumpul agak siang, tapi karena ada dorongan antusiasme berubah makin pagi seiring waktu, rencananya. Kalau saya sendiri ya tentu saja menunggu di bogor. Karena tujuannya kan ke Curug seribu, dekat dari rumah saya. Saya menanti mereka di depan Hypermart Yasmin. Rombongan berangkat dari depok jam 8 lah kira kira. Sampai akhirnya mereka tiba di depan Hypermart, outfit saya dikeluhkan karena tidak seperti orang mau touring. Lebih cocok untuk keliling komplek. Menggunakan sendal gunung dan kaos, saya siap menuju curug yang saya pikir dekat, tapi ternyata kan hampir 40 km dari rumah.

Berangkat dari Titik temu Hypermart yasmin, kami berangkat mengikuti leader mencari sarapan. Dibawa olehnya cukup jauh untuk menuju nasi uduk keras, sekeras tempe oreknya hahaha. Sarapan murah dan bercitarasa khusus ini mengisi energi kami untuk mendaki kaki gunung salak sampai tujuan. 

Kepadatan kendaraan sudah akrab sejak masuk lintas dramaga, sampai ke jalan masuk belok kiri ke arah gunung bunder sudah bisa dibilang macet. Melalui jalan yg kecil ini terasa ramai di waktu weekend seperti ini. Sesekali ada grup grup sepeda yang gowes perlahan tapi pasti. Perjalanan diarahkan menuju kopi tubing, saya yg lebih sering menuju taman nasional dari sisi satunya mengejar Luink untuk mempastikan arah tujuan ini. Karena tadi di briefing singkat saat sarapan terucap untuk ke curug dulu. 

Sudah sempat masuk ke parkir kopi tubing, tapi ternyata salah, Itu parkir sepeda jadinya keluar lagi. Karena momen ini , akhirnya putar arah lagi langsung menuju ke curug. Menyusuri jalan menuju taman nasional Gunung Halimun Salak. Diperjalanan faras  minta berhenti untuk istirahat. Terjadi perbedaan pendapat setelah Luink melihat maps. Karena maps dan arahan saya berbeda sama sekali. Disinilah gunannya leader perjalanan seperti yang disunahkan. Kita ikutin arahan leader untuk menentukan. Jalan di maps mengharuskan kami kembali ke jalan kopi tubing. Dari sana diarhakan terus naik keatas. Jalan lebih kecil dan lebih sepi dari jalur utama menuju taman nasional.

Kembali ke arah kopi tubing, naik sedikit ada tebing yaang bertuliskan bila tanah ini milik kopi tubing, dilarang melakukan penambangan.  Menarik, demi menjaga situasi wisata yang menyenangkan kopi tubing mengakuisisi lahan di dekat mereka hanya agar tidak disentuh oleh penambang batu liar. Karena namanya tambang pasti merusak sih , bahkan bisa merubah lanskap. Jalur ini kecil, bila ada mobil puns harus bergantian karena hanya cukup satu mobil. Kami sempat terhambat karena ada mobil di depan kami, berjalan lambat karena situasi. Ada sesi jalan yang berada di punggung bukit. Kanan kirinya jurang, pemandangannya pun menakjubkan. Hamparan hijau lembah terlihat indah dari atas sini. Kami juga melewati persawahan terasering yang indah sekali. Ada warung disana yang menyediakan kursi meja di spot yang bagus. Worth it untuk datang sore hari kesini. Mungkin nanti akan kembali lagi demi menikmati suasana ini.



Di jalur ini ternyata ada penjagaan taman nasional juga. Ya, tentu saja ada retribusi. Di pos ini ada spanduk promo curug curug yg ada disini. Banyak juga loh! Saya bener bener baru tahu jalur ini, opsi pemandangan lain selain hutan pinus seperti di jalur utama.Tidak jauh dari pintu taman naisonal, ada warung warung menyediakan tempat parkir juga saung untuk istirahat. Ada tiga warung yang menyediakan hal serupa, dengan petunjuk arah curug seribu. 

Kami memilih salah satu warung dengan tempat parkir, sebrang warung ini teraseing yang cukup indah sepanjang punggung bukit ini. Disambut ramah oleh pemilik warung. Beliau menjelaskan bila ini adalah jalur belakang. Butuh trekking 15 menit sampai lokasi paling cepat. Kalau dari depan bisa satu jam.



sampai di warung warung parkiran curug seribu, ternyata ini jalan belakang ke curug seribu. Berarti pengetahuan saya tidak salah. di sana ada juga. tapi kalo dari depan jalan satu jam. disini 15 menit paling cepat, realitanya 20 menit lebih. Berutung memilih jalur ini,karena sebagian peserta sedang kehilanga kebugarannya. Kami bersiap siap untuk trekking, berganti pakaian dan juga menggunakan sendal. Kalau saya sendiri sudah settingan santai dari rumah, tingga cuss aja tanpa ada yg peru diganti. Berjalan beberaa puluh meter terdengan suara alat musik tradisional,sepertinya kecapi. Memainkan instrumen sunda yang terdengar agak aneh di telinga saya, seperti  hanya nada nada acak yang tidak membentuk melodi. Penasaran darimana suara ini berasal.

Saat  memulai trekking saya penasaran, apa iya tidak ada tiket lagi. Karena daerah curug di bogor iu terkenal dengan pembayaran yang berlapis-lapis.  Penasaran hanya beberapa menit saja,tidak lama kami menemui pos pintu masuk dengan penjaga yang  menarik retribusi tiket. Kami membayar tiket perorang 10rb bila tidak salah. Sekitar 20 meter dari tiket, asal suara yg menyambut kami terjawab. Seorang pria paruh baya memainkan alat musik tradisional. Dsri dekat makin jelas ketidakjelasan melodi yg dimainkan. Menyiapkan toples kecil di depan ia bermain alat musik, berisikan lembaran uang. 

Dari pemain musik tadi trek mulai berubah. Jalur mulai menurun dan menantang konsentrasi dan lutut. Jalur yang dirapihkan dengan bebatuan ini beberpa bagiannya licin. Lutut harus dijaga dengan baik, undakan batu yang tinggi ini memaksa langkah perlahan agar tidak menimbulkan cedera yang tidak perlu. Jantung berdebar terasa ketika saya berhenti melangkah. Nafas mulai lebih cepat, stamina mulai diuji. Suara suara menyerah mulai keluar dari salah satu peserta petualangan. Motivasi untuk terus maju membalas nada putar balik. 



Kami berhenti di tikungan, ada batu besar di ujungnya untuk istirahat. Di pohon terpasang papan peringatan, larangan untuk kemanan. Papan peringatan berisikan himbauan untuk kembali bila merasa tidak kuat. Ada larangan untuk berenang di air terjun, dilarang mendekat sungai bila hujan, dilarang menyebrang sungai bila hujan. Dari titik ini sudah terdengar gemuruh air yang jatuh dari puluhan meter. Kemegahan alam mulai tmenjentikkan semangat untuk segera sampai. Di titik peringatan faras selalu menyuarakan untuk kembali karena yakin tidak akan kuat. Setelah berjalan beberapa turunan dan tikungan. Akhirnya ia teguh untuk pulang dan menyerah. 



Perjalanan menemui curuh kecil dari sisi kanan, membasahi jalan. Melangkah diatas jembatan kecil untuk mensiasati tebing ini. Bila saja jembatan ini rusak, maka tidak ada jalan pulang lagi kecuali memutar jauh. Jalan kembali menanjak sebagai tanjakkan terakhir. Pandangan yang tertutup pepohonan rindang sudah berubah. Menjadi bebatuan yang tertutup tumbuhan, menyulitkan sekilas untuk memilih langkah. Bila sebelumnya datang dari tempat berbeda, tidak akan tahu bila ada jalur disini. Karena erlihat seperti tebing biasa yang tertutup tanaman. Kami memilih jalan untukmencari spot untuk duduk. Air terjun yang masih sangat alami ini hanya dinodai satu warung dengan terpal berwarna biru. Untuk mendekat ke titik air terjun harus menyusuri sungai melalui batu batu besar puluhan meter. Jiwa kebapakan kami memlih batu terdekat untuk menikmati waktu. Menggelar kompor portable dan menyeduh teh. 




Aliran deras air sungai segar sangat mengundang untuk lompat dan bermain air. Tapi kalau ingat tidak ada fasilitas disini, dan hari yang sudah zuhur lewat sangat memberatkan. Awan yang kadang teduh menambah kekhawatiran akan hujan. Bersandar dan brecakap cakap penuh gurauan menjadi pilihan. Menyeruput teh panas yang diseduh dari air sungai. Simpel tapi berkesan. 





Tidak sampai satu  jam kami bergegas naik, karena ada tujuan selanjutnya. Menyusuri jalan berundak yang memaksa kami untuk melangkah lembut demi menjaga lutut. Kini dari arah sebeliknya memaksa otot paha bekerja lebih  keras. Peserta kelelahan selanjutnya muncul dan mengoper tas untuk meringankan langkah. Sedikit pikiran lewat membayangkan bila terlanjur gelap masih di curug tadi. Menyulitkan sungguh bila tanpa alat yang tepat.

Sampai diatas Farras tampak tertidur lelap menikmati suasana saung di samping warung. Bekas kelelahan tampak di wajahnya. Ia bilang saat naik duluan tadi sering sekali. Memesan beberapa jajanan dan juga mie instant kami beristirahat sejenak sebelum berangkat lagi ke tujuan selanjutnya.

Packing sana sini, siap semua untuk turun dan ke tujuan selanjutnya. Kopi tubing. Menuruni jalan yang tadi kami lalui saat berangkat. Pemandangan hamparan terasering memanjakan mata di saat matahari sudah mulai lengser. Warung di pinggir tebing yang kami lewati pas sekali bila didatangi jam segini. Kira kira sekitar jam 3 lewat. Tidak lama kami sampai di kopi tubing karena memang turun lebih cepat kan.



Tidak saya duga, ternyata kopi tubing ini tempat wisata. Ada tiket masuknya 10 ribu, diluar parkir. Ada beberpa pilihan spot, ada pinggir sungai, bisa turun ke sungai yang dilengkapi fasilitas tubing. Tentu saja bayar lagi. Ada Dekorasi persawahan palsu untuk spot foto. Di sisi atas juga ada area bermain anak yang tentu bayar lagi, area semacam perosotan mandi bola. Juga ada resto diatas. Di pinggir sungai ada resto juga. Ada dua titik kumpulan tempat makan. Kami memlihi yang di pinggir sungat beratapkan payung meja. Sama sekali bukan wisata rakyat, terpampang jelas dari harga makannya. 

Harga makanan dan tiket masuk ini membuat ekspektasi lebih. Pelayanan yang bagus serta makanan yang enak cukup memuaskan. Saya memesan Tom Yum seharga 60 ribu belum termasuk nasi. Ya kira kira 80-100 lah perorang.Hidangan proper sehabis bertualang alam. Berdiskusi dan bresenda gurau kami habiskan waktu hingga langit hampir gelap. Ada sedikit rintik hujan yang sesaat turun. Menggerakkan kami untuk segera pulang.






Di perjalanan adzan magrib berkumandang. Kami sempat mencari jalan alternatif demi menghindari keganasan macet dramaga di sore hari. Seperti yang diarahkan google maps. Tapi entah kenapa tour leade memilih kembali ke jalan utama dan melaju menuju hectic kepadatan jalan setelah kami shalat maghrib.

Diperjalanan saya terpisah. Cukup lama saya tidak bertemu rombongan. Karena memang saya sempat jalan duluan, tapi kok lama sekali. Ternyata tidak lama keluar ke jalan provinsi ban Luink bocor dan harus tambal ban. Kami regroup lagi di depan ruko Yasmin sektor 6. Melewati kepadatan yang melelahkan di depan kampus IPB. "Tidak manusiawi" menurut peserta tour. Memang chaos, dari 4 jalur menjadi satu. Dan tiap hari kurang lebih begini, mungkin karena hari libur jadi lebih parah. Jalan yang sebenarnya hanya lurus saja ini entah gimana bisa macet parah setiap hari.

Mengakhiri perjalan kami menutup dengan doa. Dari titik terakhir sudah dekat rumah untuk saya. yang lain masih kurang lebihj 1-2 jam perjalanan. Sampai jumpa di touring selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar