Laman

Selasa, 20 Februari 2024

Curug Nangka Lagi 5 November 2023

 5 November 2023



Berawal dari wacana untuk jalan jalan mencari sungai. Seperti yang diutarakan anak anak. Kami merencanakan pada 18 November nanti akan jalan jalan bertepatan dengan hari libur saya. Tapi karena Istri yang sudah  terbayang bayang keseruan jalan ke curug dan merasa curug itu dekat. Dadakan sekali kita putuskan untuk jalan jalan. Jemput umar pulang sekolah jam 1130, pulang dan bersiap siap. Ya, kami berangkat sudah siang.  Jadi waktu kami tidak akan banyak disana.

Di hari yang sama , malamnya saya harus kerja shift malam. Biasanya tidur siang untuk persiapan masuk malam. Tapi karena jalan jalan, tidak ada tidur. Jam18 pun saya sudah harus siap berangkat kerja. Persiapan dadakan pun hanya bisa membekalkan nasi dari rumah, membeli lauk di d'bro fried chicken.

Berjalan pelan diatas supra x 125 yang dinaikin berempat. Sungguh safety sekali yaa. Motor tua ini sesekali berusaha keras di jalan yang menanjak. Udara sejuk sepanjang jalan memberikan kesegaran. Volume kendaraan yang terasa tidak terlalu padat juga memberikan keindahan berwisata. Tapi perasaan was was selalu ada, karena sedang sering hujan.. Langit mendung pun sudah menghiasi perjalan berangkat kami. awan gelap nampang ada di sisi selatan, tempat dimana kami menuju.

Sampai di pintu masuk kami dikenakan tiket masuk. Wow, harganya naik dahsyat kami berempat 101rb. Padahal dua dihitung anak anak. bukan lagi wisata rakyat sekarang. Ekspektasi saya sih ada perbaikan ya dengan harga sekian. Keterkejutan saya belum usai sampai ditagih lagi parkir motor 7500. Wow lagi. Dari pembayaran tiket parkir, kami diarahkan keatas, tidak lagi menurun dari arah gerbang masuk. Naiknya cukup jauh dan menanjak. Meninggalkan area wisata yang kami tahu dibawah. Terbayang kami harus melangkah turun untuk menuju lokasi wisata.


Parkir yang nampak kecil depan cafe, memberikan nuansa yang dingin. berada di hutan pinus yang menutupi cahaya matahari menyentuh tanah, menjadikan area ini lembab. Tampak ada jalan yang digunakan untuk konstruksi. Beberapa lokasi masih dalam pembangunan. Beberapa cottage berjajar setelah kami berjalan menuju area curug. Jalan menurun ini menyusri bagian depan cottage. Tangga tangga dari plur semen berpotensi licin karena sebagian ada yang basah dan berlumut. Memandangi cottage ini saya bertanya tanya, berapa ya harga sewanya. Karena terlihat kecil dan pemandangan dari cottage ini tidak luas. Tapi bila kalian suka suasana hutan pinus, cocok sekali berdingin-dingin menginap disini.




Perjalanan ratusan meter menurun menuju arena pujasera curug nangka. saya sudah terpikirkan bagaimana nanti saat akan berjalan pulang. Mengharapkan ada perubahan berarti, ternyata hampir tidak ada. Kecuali ada mushola, terkahir kesini musholanya belum jadi hehhe. Monyet makin meraja rela. Perlu langkah kompak dan tegas dari pengelola biar pengunjung yang tidak paham tidak ngasih makan. Monyet itu sangat bahaya, mereka cepat dan sangat mungkin menyerang.





Kami sudah siap dengan jas hujan mutifungsi model ponco yang bisa dijadikan alas, buat piknik di tengah tengah alam. Tapi melihat kawanan monyet yang lebih meresahkan dibanding sebelumnya, urung kami gelar. Akhirnya memilih mencari kursi milik warung untuk memakan perbekalan dari rumah dan perjalanan. Dilengkapi jajan jajan di warung yang kami singgahi.

Hai makin sore, awan hujan yang makin jelas terlihat menyegerakan kami menikmati aliran sungai. Menuju jalan ke sungai kami menemui jalan menanjak namun tidak dibuat tangga, tapi hanya jalan biasa yang bisa diallui roda. Ini cukup membahayakan dan tidak berguna, karena diujung jalan ini pun berupa tangga sebagaimana di awal jalan ini. Jadi sama sama tangga, tidak ada gunanya dibuat jalan menanjak seperti ini.

Mendekati aliran sungai kami dicegah ranger, karena situasi cuaca yang mau hujan. Dilarang menuju ke curug nangka yang ada di ujung sana. Pernah ke curug nangka sebelumnya, dan harus menyusuri sungai yang masih dominan alami, hanya bebatuan yang sedikit terbentuk seiring langkah orang orang yang melaluinya. Namun masih tidak nyaman unutk dillaui dan cenderung bahaya pada situasi tertentu.



Niat kami yang hanys ingin main air di area terdekat diizinkan. Aliran air yang bersih bening memberikan ketenangan. Ada satu keluarga yang sudah ada disitu. Seoang laki laki yang coba membuat bendungan kecil agar aliran air membentuk kolam kecil yang cukup untuk berendam. Mereka berhasil melakukannya, anak perempuan keluarga itu bisa sukaria main air di aliran sekitar 20 -30 cm ini. Umar dan utsman yang turun membantu proses bendungan ini pun ikut gembira bermain. Sebenarnya saya juga ingin bermain air, namun situasi membuat saya lebih pilih tetap kering.





Kurang lebih setengah jam kami menyudahi sesi main air di sungai. Beranjak naik untuk bilas dan berganti pakaian. Gerimis mulai turun , langit perlahan menggelap. Berjalan menuju mushola untuk shalat ashar. Pengunjung sudah banyak yang pulang hampir kosong dari pengunjung. Demi mencegah dingin, kami berhenti dulu di pujasera depan membeli secangkir teh manis panas.





Keputusan yang sangat tepat unutk berhenti, hujan sekejap menjadi deras. Bayangan menyulitkan menyursi tangga mulai terbayang. Menggunakan satu ponco, kami berjalan perlahan melindungi diri air hujan. Tapi tidak lama kami lepas karena terlindungi oleh pohon pohon pinus yang sangat tinggi tinggi disini. Air hujan tertahan dan menyisakan rintikan kecil. Canopy pepohonan ini terhalang kabut. Cahaya matahari yang mulai redup di sore hari, lebih temaram tertahan pohon pohon tinggi disempurnakan dengan turunnya kabut. Suasana gloomy menghiasi perjalanan kami kembali ke tempat parkir. Jalan basah dan teteasan air hujan yang menembus dari perlindungan pohon pinus. Sempat berpikir untuk meneduh sejenak di semacam gazebo , tapi urung karena hari makin sore menjelang gelap.





Tiupan angin sangat terasa di tempat parkir yang tidak terlindungi pohon . Derasnya hujan membasahin dan memaksa kami mempercepat menggunakan jas hujan. Menggunakan ponco andalan untuk sekeluarga. Istri mengugnakna jas hujan stelan yang ternyata zippernya rusak tidak bisa dibuka. Akhirnya kami memutuskan menggunakan seadanya. Keluar dari area parkir full turunan, di hujan deras menggunakan motor bebek dengan penumpang empat orang. Memang sangat salah secara keamanan. 

Menuruni jalan, memainkan rem dengan begitu rupa untuk keamanan. Jarak pandang terbatas menyulitkan. Ditambah kacamata saya yang selalu basah karena tertiup hujan deras. Saya mencari warung untuk meminjam gunting atau pisau. Untuk memotong jas hujan ini agar bisa digunakan. Sampai di gerbang bawah ada post. Beruntung ada ranger yang membawa pisau . Jas hujan atas yang digunakna istri saya dipotong sebagian di bagian zipper agar bisa masuk kepala. 

Perjalanan pulang dengan kecepatan yang selalu terkontrol di jalan yang dominan turunan ini akhirnya dimudahkan ketika hujan berhenti hingga sampai area empang. Jas hujan kami lepas dan bisa lebih mudah bermanuver. Sampai rumah kira kira 1830 dengan selamat. Alhamdulillah perjalanan penuh cerita di jalan jalan singkat dadakan yang merusak renana awal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar