Laman

Kamis, 30 Maret 2023

Taman Mini Baru (TMII)


7 Maret 2023

Sebagai keluarga, kami sering berkunjung ke kebun binatang ragunan. Karena dekat rumah dan juga murah. Belum lagi kami memang suka binatang. Tapi pada momen tertentu kami memilih tempat wisata lain agar lebih terasa spesial. Yak, tetap tidak jauh dari rumah. Kita ke Taman Mini Indonesia Indah. Cukup penasaran juga bagaimana rupanya sekarang setelah renovasi besar. Uji coba taman mini ditanggapi miring oleh banyak netizen karena eksekusinya yang kurang memuaskan terutama dari segi transportasi. Mencoba untuk teteap objektik, kami mau berkunjung dan menikmati Taman Mini baru.


Datang menggunakan motor, kami menuju pintu utama. Tapi sekarang pintu masuk di alihkan dari pintu 2, cukup meneruskan perjalanan lagi menyusuri jalan. Di pintu tersebut dipenuhi informasi untuk menyiapkan tiket online yang sudah dipesan. Kurang beruntung bagi kami, karena saya gagal terus untuk beli tiket online. Tapi tetap bisa dilayani, membayar menggunakan qris oleh petugas yang menjaga. Satu orang 25rb , kami ada berempat. Disitu ada harga yang menarik, sepeda 25 rb. Wow, mahal sekali. Saya langsung berspekulasi mereka jualan sewa sepeda disana. 

Jalan di dalam lenggang seperti biasa. Tapi kali ini lebih sepi, karena Taman Mini tidak menginzinkan lagi kendaraan bermotor tenaga fosil untuk berlalu lalang di dalam. Kami agak bingung kemana parkir motor. Saya tidak bertanya di awal karena saya pikir akan ada petunjuk arah. Melintasi monumen mirip monas, terus lurus melewati area parkir yang sekarang terlihat lebih cantik. Belok kanan di stasiun kereta gantung, hingga bertemua gedung parkir di sebelah kiri. Harus saya pastikan ke security yang berjaga di post tenda. Gadung parkir yang memiliki design senada dengan parkir di awal tadi. Gedung parkir 2 lantai ini mengarahkan pengendara motor ke bawah. Parkir masih sangat luas di hari weekdays seperti ini. Tidak terlihat bus, tapi juga tidak terlihat petugas yang berjaga di gedung parkir. 

Setelah memarkir motor, cukup bingung mau kemana. Tidak ada penunjuk arah. Akhirnya kami naik keatas di pintu masuk awal. Disana ada shuttle cas listrik yang sedang dipakai shooting. Dan ada kursi yang tampak untuk menunggu. Menunggu beberapa saat disana, di hari yang terik. Membuat saya bertanya, karena tidak ada penjelasan tempat tunggu ini untuk apa. Melihat ada peta dibelakangnya, didapati bila hal shuttle terdekat ada di dekat museum penerangan. Yang mana ada dibelakang gedung parkir. Dan kami jalan kearah yang salah karena tidak ada arah. Dengan sedikit jengkel tidak beralasan, kami jalan berputar melewati post pertama tadi. Menanyakan dimana shuttle bus, yang tentu diarahkan ke arah museum penerangan. Cukup jengkel sebenernya, petugasnya banyak tapi hanya berjaga di satu lokasi yang sama.

Shuttle car berkapasitas 8 atau 9 orang ini menggunakan listrik. Semacam mobil caddy tapi lebih panjang. tanpa pintu sehingga memudahkan naik turun. Tapi tersedia terpal untuk antisipasi hujan. Tepat ketika kami datang dan naik, Shuttle langsung berangkat. Shuttle berangkat 5 menit sekali. Disini terlihat sangat ideal. Apalagi masih banyak shuttle car yang tersedia. Wah ini sih menjajikan , pikir saya waktu itu. Tadi juga melewati pangkalan sepeda. 25 ribu perjam. Tapi nanti saja sebelum pulang. 

Shuttle berjalan melalui sisi dalam , melewati anjungan kalimantan di samping danau dan masuk kembali ke jalur terluar. Menyenangkan sekali udaara tanpa kendaraan berasap. Pemberhentian terujung dari shuttle ini ada di taman burung. Dari situ menyambung lagi mobil warna coklat. Agak mengecewakan, mobilnya adalah truk yang dibuat untuk mengangkut penumpang. Kapasitasnya sama, 8 sampai 9 orang. Dan tentu saja, truk diesel ini mengeluarkan asap yang memberikan efek tidak menyenangkan. Menuju museum transportasi kami melewati parkiran bus. Dan di sisi jalur selatan ini banyak kendaraan lalu lalang berbahanbakar fosil. Vibe-nya langsung beda. Di dominasi oleh pedagang yang membawa logistik. Sepertinya jalur ini menjadi jalur yang di maklumi. Karena sering lewat motor. Padahal yang menggunakan sepeda atau motor listrik juga banyak pedagangnya. Kurang tegas sepertinya.


Shuttle bus bisa menurunkan dimana saja, tapi untuk naik harus dari titik yang ditentukan. Kami turun di museum transportasi. Banyak koleksi alat transportasi terdahulu. Terutama kereta uap yang mengagumkan. Banyak koleksinya ternyata. Bahkan ada fasisilitas untuk berputar balik lokomotif. Sayangnya sudha tidak ada yang bisa dimasuki kereta penumpangnya. Kami berfoto di beberapa koleksi, seperti taksi , bus tingkat hingga perahu tradisional yang panjang. Justru kemegahan perahu tradisional sangat berkesan. Karena terbuat dari potongan gelonggongan kayu besar yang dipahat menjadi perahu. Dilengkapi penyeimbangnya. Megah sekali, sepertinya bukan perahu untuk sekedar mencari ikan. Tapi mampu untuk berperang juga.


Masuk ke bagian dalam yang dingin karena full ac. Merupakan suatu kolaboari dengan hyundai. Dipajang Ioniq 5 dan banyak persentasi tekonologi kendaraan dari hyundai. Kami masuk ke imagine lab, yang waktu itu kosong. Saya tertarik karena tertulis harus membuka alas kaki. Karena penasaran kami maksud dengan niat untuk istirahan juga. Ternyata sangan menyenangkan. Ruangan yang satu sisinya full untuk proyeksi proyektor ini walnya membuat bingung. Untuk apa proyektor ini. Dengan meja di tengahnya dengan beragam kertas bergambar. Melihat scanner diujung sana, saya mencoba menscan kertas yang ada disini. Lembaran ini memuat gambar kendaraan dengan qr code diujungnya. Setelah di scan dengan menggunakan scannner model berdiri. Di proyeksi akan muncul kendaraan yang telah kita scan. Ah saya pikir hanya scan qr code biasa. Tapi kenapa ada alat mewarnai disini, apa gunanya? Kami iseng corat coret bersama sama. Setelah itu coba kami scan, dan ternyata hasil mewarnai yang kami lakukan akan terbaca scanner dan terproyeksi. Woah, menyenangkan sekali. Ada gambar mobil stargazer, pesawat futuristik, dan ada angkutan umum bebentuk lucu. Mengagumkan wahana ini.



Sudah masuk jam makan siang , kami mencari tempat makan diluar untuk duduk makan. Melewati peragaan pesawat dan kendaraan multifungsi yang tadi ada di imagine lab. Akhirnya kami memilih makan diatas setu kecil yang dibuat seakan akan adalah dermaga. Kami bawa makanan dan minuman yang cukup dari rumah. Menekan biaya hehe.


Selesai makan, kami keluar dari museum transportasi. Cuaca masih terik sekali. Bertanya mengenai lokasi museum Al Qur'an yang kami ingin kunjungi. Ternyata lokasinya ada diluar taman mini. Tepat di depan pintu masuk yang lama. Sayang sekali, kami batalkan kesana. Dan saya putuskan ke museum penerangan saja karena dekat dengan parkiran.

Kami berjalan beberpa ratus meter untuk menuju hatel shuttle bus. Selama berjalan beberapa kali shuttle bus lewat dan penuh semua. Belum lagi bus yang lewat dengan kencang. Dan motor motor menjengkelkan yang ngebut sekali. Membuat terasa tidak aman untuk jalan kaki. Kami sempat bertanya pada pos sepeda yang kami lewati. Apakah bisa pinjam disini, kembalikan di lokasi lain? ternyata tidak bisa. Sepeda ini untuk wisata, bukan untuk transportasi.  Karena penuh terus, kami terus berjalan hingga ke titik pertama shuttle bus. Cukup jauh, apalagi bawa anak-anak di cuaca yang terik dilengkapi kendaraan lalu lalang berbahan bakar fosil yang menganggu.

Suana sudah berbeda tidak seperti awal datang. Pengunjung mulai banyak, dan saya mulai menemui apa yang dikeluhkan pengunjung di medsos. Shuttle tidak cukup, menunggunya lama. Shuttle yang kapasitas tidak sampai 10 orang ini  berangkat 5 menit sekali. Dan ini adalah weekdays, tak heran bila weekend adalah kekacauan disini. Tidak ada solusi lain transportasi kecuali membawa kendaraan listrik. Ka mi naik shuttle lagi, menuju tamna burung dan menyambung ke museum penerangan. Tampak sekarang di hal shuttle bus yang tadi kami awal datang sekarang ramai sekali pengunjung. Lalu lalang sepeda dan skuter yang ditumpangi pelajar yang berkunjung memberikan kegembiaraan yang menular.


Museum penerangan gratis, beda dengan transportasi yang harus bayar. Sepertinya dibiayi dengan baik oleh kementrian informasi. Kami diminta absen di layar yang disediakan. Diminta foto juga langsung dari anjungan absennya. Berisikan banyak sekali benda sejarah informasi di indonesia. Menggambarkan situasi komunikasi di daerah dan di zaman ketika komunikasi masih sulit. Beragam macam alat penyiaran juga ada disini sampai ada panorama ruang berita dan lain sebagainya. Tidak lupa macam kendaraan mulai dari sepeda, motor, hinga mobil, serta perahu yang pernah digunakan untuk menyambungkan komunikasi indonesia. Museumnya terawat dan nyaman. Dua museum yang saya datangi semuanya nyaman.


Keluar dari museum penerangan kami mau main sepeda, tapi menunggu sepeda city bike biar bisa boncengan. Karena terlihat belum ada, kami duduk dulu dipinggir jalan beli pecel sayur dan minum. Masih ada penjaja makanan yang lalu lalang yang tampak tidak resmi diatur.

Tepat selai menikmati sepiring pecel, ada beberapa city bike yang pulang. Kami sewa membayar 25ribu satu jam untuk satu sepeda. Petugas yang over staff ini melayani dengan baik. Bahkan untuk bayar dan titip jaminan saja beda orang padahal sebelahan. Yah berbagi rejeki namanya. Mungkin petugas dari wahana wahana yang masih tutup atau sudah ditutup. Kegembiaraan langsung meluap luap, menyenangkan sekali bersepeda dilingkungan seperti ini. Jalan yang bagus, tidak ada kendaraan motor dan mobil. Bersepda rasanya aman dan nyaman sekali. Kami keliling menuju danau. Mengitari danau yang ditengahnya ada pulau buatan yang dibuat mirip dengan pulan pulau yang ada di Indonesia. Suana sore yang menyenangkan kami jeda dengan beristirahat di sisi danau yang berangin nikmat. 


Andai saja sepeda ini dijadikan wahana transportasi, bukan untuk wisata. Seperti sepda yang disediakan di Kampus UI, atau sepeda yang ada di kota bogor. Bisa pinjam dimana dan kembalikan di tempat tujuan. Sangat solutif untuk shuttle yang sangat kurang. Perjanalan gowes ini kami nikmati sambil menghabiskan waktu 60 menit yang sudah kami bayar. Menara tinggi yang ada disamping danau kami hampiri, ternyata ada liftnya unutk naik. Tapi tidak berpoperasi sepertinya, padahal sangat epik bila bisa naik keatas.

Kami kembali ke pos sepeda, mengembalikan sepda tempat satu jam. Sepeda yang dilengkapi boncengan ini, ditambahkan jalu untuk kaki. Memberikan kenyamanan anak yang dibonceng. Disematkan pula fiber di roda belakang mencegak kaki masuk ke dalam jari jari. Pelajaran yang baik dari pengalaman. Semoga kedepannya sepeda disini bisa jadi transportasi, bukan sekeda wahana rekreasi.



Kami keluar dari taman mini, dan mencari makan. Memutuskan makan di warung sunda di tanjung barat sebelah tempat shusi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar