Menjelang lebaran, pemerintah memberikan izin kepada pusat perbelanjaan untuk buka. Hasilnya, banyak sekali warga yang antusias untuk berbelanja. Pusat perbelanjaan diserbu sejak pintu dibuka. Agak miris apabila dikaitkan dengan rekor penambahan kasus covid sebanyak 973 tidak lama setelah izin pusat perbelanjaan dibuka.
Meme yang berisikan dua kelas masyarakat yang berargumen memang terlihat disini. Disatu sisi masyarakat mempertanyakan sikap para pemburu pusat perbelanjaan tidak peduli dengan pencegahan virus. Tapi di sisi lain, banyak yang harus tetap beraktivitas seperti biasa karena kebutuhan ekonomi.
Disaat seperti inilah penguasa sangat berperan. Kepada siapa mereka berpihak, pilihan mana yang mereka pilih. Pertambahan kasus yang tidak sedang menurun secara nasional ini disambut dengan NEW NORMAL. Bagi sektor kesehatan memang bingung apa dasar dari new normal ini. Tapi bila mau paham, cukup jelas bila kebijakan ini berdasarkan kacamata ekonomi.
Saya tidak cukup pintar untuk paham kemana larinya hutang yang diambil ditengah pandemik ini oleh pemerintah Indonesia. Menjadi negara nomor 98 dari 100 negara sebagai negara teraman dari covid19 kiranya menjadi dasar bagi para investor untuk menanamkan modal. Ditambah dengan PP Tapera, ( tabungan perumahan rakyat) yang menambah beban pengusaha dan memotong uang pekerja dengan dalih uang untuk perumahan. Manis memang. Semakin manis dengan rekor terbaru menyentuh angka 1000 kasus positif dalam sehari.
Netijen mengomentari potensi gelombang kedua yang bisa saja timbul dari new normal. Lucu, karena gelombang pertama pun belum usai, terlihat usai masih jauh bila dilihat dari data nasional. Setidaknya Jakarta menunjukkan tren positif. Semoga semua tetap aman terkendali dan sehat. Aman seperti yang saya lihat di jalan jalan. Aktivitas bangkit, dengan kesadaran lebih untuk menggunakan masker dan mungkin juga cuci tangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar