Fenomena sepeda lipat mahal, brompton memberikan gairah pada industri sepeda. pabrikan lokal berlomba memberikan fitur yang mirip dengan sepeda yang tengah naik daun itu. Menyusul isu new normal yang dihimbau pemerintah, meledaklah animo masyarakat. Kebosanan berdiam diri berbulan-bulan dilampiaskan dengan bersepeda. Positif, sehat dan terpapar matahari.
Akhirnya saya bersepeda lagi, sepeda yang jauh dibawa dari Bogor kembali bergulir. Sempat vakum, karena kabel derailleur yang putus. Sekarang sudah siap tempur lagi. Sepeda seadanya yang penting bisa digowes mencatat 22km semenjak vakum. Senang, sungguh. Kegembiraan kembali mengayuh sepeda. Dengan stigma dan persepsi yang berbeda. Kini sudah tidak peduli, apa dan seperti apa sepeda yang saya gunakan. Selama bisa dikayuh dan berfungsi baik. Lanjut terus.
Seminggu setelah comeback perdana, saya kembali bersepeda. Kali ini tidak solo, bersama teman dari cege family. Bertujuan ke rumah salah seorang teman juga di depok. Ditutup dengan mampir ke UI. Jalan kisah bersepeda ini tidak disangka mewujudkan impian saya selama ini. Mimpi sederhana untuk bersepeda di track seharusnya MTB bergulir.
Akhirnya saya bersepeda di kawasan hutan UI. Track sepeda di dalam hutan. Habitat MTB yang sebenarnya. Kebahagiaan terpancar, senyum sumringah sambil mengayuh membutui kelompok lain yang bersepeda. Tentu saja kami tidak tahu jalan, karena tidak pernah.
Track teknikal, turunan, dan ada drop track. Namun untuk drop saya tidak berani, bukan karena takut jatuh. Tapi takut sepeda ini tidak mampu. Sangat ingin sungguh. Menyusuri hutan yang berujung di dekat wisma makara. Memberikan suatu konklusi, bila track UI ini sangat bisa saya jangkau. Selama ini tertahan karena saya pikir akan melelahkan bersepeda kesini kemudian masuk track. Dulu, saya berpikir ini sulit. Tapi nyatanya tidak. Ini sangat mungkin, dan saya mampu.
Sampai bertemu lagi di lain waktu. Pastinya akan rutin kesana. Tidak perlu towing sepeda, kayuh saya jadi rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar