Laman

Senin, 20 April 2020

Ekonomi, Sakit atau Mati #COVID19




Siang tadi saya menunggangi supra kesayangan paling setia 10 tahun terakhir. Mengirim paket pesanan customer ke cabang suatu logisitk. Harusnya di pick up sejak kamis, sekarang sabtu. Yah lebih baik kita bergerak daripada menunggu yang tidak jelas.  Keluar di jalan Raya lenteng Agung, mengarah ke Pasar Minggu. Pembangunan fly over terlihat makin nyata. Pondasi sudah menjanjikan, semoga bisa cepat sesuai rencana bahkan bisa lebih cepat.


Melintasi resto aceh yang sejak lama jadi spot ketemu kawan setia bersaudara. Nampak tumpukan kotak kota yang sedang diatur sedemikian rupa ada di meja meja bagian depan resto. Entah kenapa saya berpikir itu untuk donasi. Iya, terbayang bagaimana para dermawan mengirimi RSUD banyak sekali donasi. Salut dan iri. 


Pasar minggu, ada kerinduan. Selama tinggal di Bogor, tempat ini akrab sekali sepulang kerja. Terutama saat malam hari, dunia malam disini menyajikan keramahtamahan. Di trotoar yang luas atau entah apa namanya, yang ada di tengah persimpangan jalan untuk berputar dan dan berbelok. Yang ada pos pantau di atasnya. Bila malam tiba muncul gerobak gerobak menyajikan makanana. Gelaran nasi beerta lauk. Pakaian atau sepatu bekas. Jajaran kangkung.  Sebuah atmosfir yang menyenangkan untuk kuliner malam. Bukan kuliner terbaik, tapi menyenangkan dan punya beberapa pilihan. 


Paket saya serahkan, saya terima tanda buktinya. Diluar , dipinggir jalan ada gerobak buah potong. Hhmm, menarik. Ada dua orang ojol sedang menikmati buah. Saya ambil nanas, habis. Saya ambil lagi blewah. Saya sempat berputar mencari garam, tapi tidak ketemua, dan sedang minat nanya. Saya melihat ada kotak Jambo Kupi di dalam gerobak, di bagian bawah. Wah mungkin benar dugaan saya, kotak yang tadi untuk donasi. Dan donasi ke banyak orang termasuk Ibu penjaja buah potong ini.  Ternyata banyak juga yang datang. Sepanjang jalan ini ternyata banyak sekali penjaja buah potong. Seingat saya dulu di jalur ini banyak penjaja buah, dipakekan 10 ribu dengan varian buah. Sekarang masih ada, tapi buah potong merajalela. Buah potong ini memang menarik, jajanan segar dan sehat. Kalo dipikir pikir daripada beli kripik ataupun gorengan sekalipun, dengan harga yang sama bisa mendapat penawaran yang lebih baik bila beli buah.


Yang menjajakan banyak, yang beli pun semarak. Lagi lagi berpikiran ini ada hubungannya dengan wabah. Makanan sehat sedang dicari orang. Dan buah potong ini adalah pilihan makanan sehat diantara jajanan lain. Tentu saja, jajanan kebanyakn identik dengan rasa gurih dan manis. Maka buah adalah solusi terbaik.


Pasar memang tidak sepenuhnya sepi, tapi aktivitas tidak seramai biasanya. Masih ada aktivitas. Mau bagaimanapun Pasar Minggu adalah salah satu titik ekonomi yang terakhir akan tutup, karena merupakan jalur kebutuhan pangan masyarakat.

Ditetapkannya WFH oleh perusahaan berdasarkan himbauan pemerintah daerah pastinya akan memiliki dampak ekonomi yang instant, jangka panjang, atau bahkan malah meningkat. Bagi mereka yang memiliki mutual para pekerja korporat kelas atas, tentu akan ada share cerita-cerita mengenai keseruan saat WFH, mulai dari teleconference, sampai susahnya mengajarkan anak anak . Awalnya seru, kemudian cemas karena perusahaan mengurangi kegiatan, berujung pada pengurangan pengeluaran. Mudahnya, pendapatan pegawai. Ada yang dirumahkan, ada yang tidak dilanjut. Ketika sudah mulai terjadi, dan tidak ada jaminan dari pemerintah. Makan tidak ada pilihan lain selai bekerja dan beraktivitas.

Efek instan akan dirasakan oleh pedagang kaki lima dan asongan  yang memiliki pasar para pekerja korporat. Drastis, karena para pekerja itu sudah tidak ngantor lagi. Resto mulai kekurangan pembeli, apalagi di mall. Segala bisnis yang menyediakan kebutuhan pada titik bisnis di Jakarta kan mulai meredup. Efeknya ke belakang, para supplier. Permintaan berkurang, pendapatan pun pasti turun. Lambat laun akan sampai pada pemain terbesar. Buruknya pemain besar tidak kenal nama, tidak kenal muka pada jajarannya operatornya. Mereka hanya angka dan data. Mudah memutuskan untuk menyudahi hubungan.


Pergerakan orang yang tadinya berangkat kerja, kini hampir semua dirumah. Ekonomi tetap jalan di pemukiman bahkan kadang tidak ada beda. Para penjaja makanan tetap banyak order, toko sembako tentu tidak akan kalah tapi bisa jadi turun. Karena para pekerja yang disudahi atau dikurangi materinya harus berhemat. Paket data laris manis, listrik terpakai terus. Belanja kudu daring , ekspedisi tetap bertahan. 

Tapi lambat laun, semua lapisan akan terkena. Daerah pemukiman pun akan surut bila seperti ini terus. Karena masyrakat menurun daya belinya. Tentu harus berhemat. Hingga sampai pada titik, dimana dirumah terus tidak ada solusi. Karena berdiam diri hanya akan membawa kepada kelaparan dan ujung kehidupan. Lebik baik sakit daripada mati. Selama tidak ada kepastian penghidupan dari organisasi terbesar yang akan jatuh bila pandemi ini tidak berkesudahan. Negara.


4 April 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar