Laman

Sabtu, 04 April 2020

Ditolak, Tertolak #COVID19

Beberapa kabar ditolaknya jenazah di wilaya tertentu hangat di masyarakat. Jenazah yang tentu saja tidak mau terkena virus ini ditolak oleh warga, dihadang di jalan. Kejadian ini terjadi di pulau Jawa, ada juga di Sulawesi. Tidak cukup dengan mengusir atau mencibir nakes, beberapa masyarakat juga menolak jenazah dikebumikan di wilayah mereka.

Mencoba memahami kenapa mereka menolak jenazah ini, sepertinya mereka beranggapan bila jenazah itu bisa menularkan virus ke wilayah mereka. Mungkin niat mereka baik untuk mereka sendiri. Yaitu mencoba memproteksi wilayah mereka dari virus. Pada kabar ini terlihat bahwa ilmu dan informasi sangatlah penting. Mungkin masyarakat ini belum memahami bagaimana penyebaran virus ini. Tidak memahami bagaimana prosedur penguburan jenazah ini. Sehingga beranggapan dapat menyebarkan keburukan bagi mereka. Atau bisa juga, masyarakat ini kurang teredukasi, kurang informasi mengenai virus ini dan beragam informasi lainnya. Sehingga bertindak sesuai apa yang mereka pahami.


Mengetahui berita ini, rasanya itu kesal dan sedih. Bagaimana bisa mereka tega menolak jenazah yang anak di kuburkan. Tidakkah sang mayit punya keluarga, tentu mereka ingin keluarganya dikebumikan dengan layak. Seandainya jenazah itu adalah kita, atau keluarga kita, bisa jadi tetangga kita. Apa rasanya bila kita diperlakukan seperti itu. Ketika terjangkit pun rasanya sakit, melelahkan, dan perjuangan. Ketika berakhir tidakkah kita yang masih hidup bisa memudahkan jenazah dan keluarganya.

Inilah pekerjaan rumah bagi kita semua yang lebih paham. Edukasi publik tentang wabah ini harus tersampaikan ke semua lapisan dan lokasi. Jadi tidak perlu lagi ada kejadian seperti ini lagi karena ketidaktahuan atau ketidakpahaman. Saya pribadi belum pernah menerima informasi mengenai pemulasaran jenazah terkait penyakit infeksius. Tetapi cukup paham dan mencoba memahami. Apa kabar masyrakat yang lain?

Saya berpikir liar, orang-orang yang menolak ini bukanlah kawan yang tepat ketika kita berada saat krisis. Entahlah, mungkin hanya ekspresi kekesalan. Atau sebuah wujud kewaspadaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar