Laman

Kamis, 28 Maret 2019

Ngidam Ayam Geprek. Tapi Kehabisan Ayam

di suatu hari yang cukup terik, menjelang waktu zuhur. Muncul lah  rasa ingin menikmati ayam pedas khas salah satu resto punya artis. Membayangkan cabe cabe berataburan diatas ayam sungguh membuat semangat. Tidak pernah lupa apa yang akan terjadi setelah makan ayam mandi cabe itu. Tapi rindu harus diobati, obatnya pertemuan.

Berangkatlah naik motor, bermodal sejumlah uang untuk beli ayam pake cabe ngga pake nasi. Karena nasi udah masak dirumah. Nanti ke restonya, seusai shalat di masjid. Sholat sudah, keluar masjid matahari terik. Paduan khas panas menyengat dan panas cabe pasti akan mengucurkan semangat menggelora.

Hhhm... Vendor ayam potong di sebelah kiri. Kilasan kilasan masa lalu muncul, teringat dengan 36rban bisa mendapat 6 potong ayam cukup. Enam! Iya enam. Kalo beli, paling dapet dua potong. Beruntunglah kamu yang senang memasak. Saya berubah tujuan, sekarang kita ke tukang sayur. Beli cabe dan lalap. 5000 rupiah, saya bawa pulang cabe dan lalap yang ada di angan.

Jadi kenapa tidak langsung beli ayam? Karena ayam itu perlu segar. Kasian bila diajak beli sayur, menerjang gelombang panas tengah hari. Nanti kebahagiaannya luntur. Dengan penuh kepositivan, percaya diri, dan angan-angan tinggi. Memasuki area parkir vendor ayam. Belum turun dari motor pun sudah disapa. Mengajukan pertanyaan yang menunjukkan kesigapan pelayanan. Sebuah praktik pelayanan prima, bahkan sebelum masuk dalam zona pelayanan. Memahami kebutuhan klian sebelum klien menyampaikan apa yang dia mau. Menakjubkan.



Mau beli ayam ya mas? Iya A. Habis A. Oh abis A? makasih ya.
Seperti kehancuran dalam sekejap. Sekejap kata. Memupuskan impian. Menghentikan langkah. Menumbuhkan kegalauan. Menimbulkan penyesalan. Tapi, waktu tidak bisa diputar. Saya harus tetap melangkah, meyongsong kebahagiaan. Menerjang keterbataswaktuan. Apa, tapi apa yang harus dibeli? Seperti kesedihan ketika mendekap cabe segar dan seikat kemangi.

Melajulah motor, santai. Mengisi kekosongan dan kehampaan. Hmmm... tema makanannya itu ayam pake tepung. Sepert ada yang mirip. Sepertinya akan sama nikmatnya. Nugget! Dengan modal terbatas saya harus beli nugget. Jangan lupa, di kota ini kantong plastik sudah tidak boleh di toko modern. Lagipula bawa uang tidak banyak, jadi memang harus beli yang kecil.

Mampir di toko Sodaqo, berbekal keyakinan bila ada nugget. Karena toko yg ada di lahan masjid ini cukup kecil. Alhamdulillah, ternyata ada. Dengan merk yang cukup asing. Sedikit membuat ragu. Khawatir akan merusak kebahagiaan. Tidak ada pilihan, berangkat.

Ternyata nugget ini tidak mengecewakan. Cita rasanya cukup, atau memang karena lapar.
Nugget digoreng, kemudian ngulek sambel. Cabe dicuci  kemudian di goreng sampai layu sebagian. Cabe yang digoreng diangkat dipindahkan di cobek. Cabe mentah juga dimasukan. Garam gula secukupnya. hanya itu. Uleg sepenuh hati sampai tingkat kehalusan yang didambakan.

Nugget Geprek.

Janganlah kamu makan ayam dengan sambel tanpa lalap. Itu seperti makan lalap ngga pake lauk.

Teringat punya fanta di kulkas, dan ada krimer putih. Sempurna , makan pedas ditemani soda gembira.
 
Memasaklah, memasaklah. Karena mau seperti apapun, manusia butuh makan. Dan memasak sendiri adalah cara paling ekonomis dan membahagiakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar