Mereka harus meninggalkan keluarga mereka demi keselamatan bersama. Sekaligus menyelematkan mereka dari sebagian masyarakat. Langkah yang bertanggungjawab dari Pemprov. Sang Ibu Tidak lagi tidur bersama anak anak mereka tercinta. Tidak bisa lagi berseda gurau , belajar, makan bersama dan apapun itu bersama pasangan atau orang tua dirumah. Mengorbankan kenyamanan mereka dirumah, dan harus berada di garis depan di rumah sakit. Bukan pilihan indah, bukan hal yang mudah. Tapi mereka harus mengerti untuk melaksanakan.
Rumah sakit ini sangat sepi, dibanding biasanya. IGD kosong, Ruang rawat mungkin hanya setengahnya. Sejak 25 Maret 2020, rumah sakit ini resmi menjadi rumah sakit khusus menangani COVID19. Sehingga lebih banyak ruang yang disedikan untuk penanganan pandemi ini. Pada kondisi ini, tidak hanya rumah sakit dan jajaranya yang berjuang. Pasien pun harus berjuang. Harus mencari rumah sakit lain. IGD sangat infectious, pasien yang tidak memerlukan penanganan segera harus diarahkan ke rumah sakit lain. Nantinya tiap lantai akan merawat pasien dengan COVID19, mulai lantai tiga hingga lantai sebelas.
APD full terpasang. triase kuning dan merah, para perawat dan dokter menggunakan APD Full. Mulai dari apron, sarung tangan double, goggle, Masker N95, masker bedah, sepatu boot, penutup kepala, hingga bajunya. Tidak hanya dokter dan perawat, bagian pendaftaran pun menggunakan apd, baju operasi untuk menguragi paparan pada baju pribadi, tutup kepala, sarung tangan, masker N95 dan masker bedah. Semua demi melindungi diri dari paparan. Tidak lupa mereka yang berjasa menjaga rumah sakit ini bersih. Apd harus digunakan, tidak lupa para security.
Mereka semua berjuang, demi memberikan perawatan pada pasien yang membutuhkan. Dan semua beresiko. Semoga wabah ini cepat berlalu. Dan kurva pasien yang terinfeksi bisa landai terkendali. Kami bekerja disini untuk kalian, dan kalian tetap dirumah untuk kami. Putuskan mata rantai infeksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar