Berangkat dari jakarta sekitar pukul tujuh, kami melalui tol
cikampek. Semua komplit, kami berenam. Melintasi jalur pantura, hanya sedikit
hambatan ketika kami keluar cikampek. Sedikit memutar jalan, mungkin karena
pengalihan arus selama lebaran. Di hari H+7 seperti ini menjauh dari Jakarta
amat menyenangkan. Sekitar 4 jam, kami istriahat di Masjid Raya Cilimus makan
dan shalat. Luas memang, dengan bangunan yang cukup besar, dan halaman yang
sangat luas menunjukkan keagungan Masjid ini. Dinilai sebagai masjid raya,
agaknya agak sedikit kurang karena kebersihannya ternyata kurang terjaga.
Khususnya di areal toiletnya. Tapi tidak mengurangi prosesi kekhusysukan
ibadah. Masjid ini ternyata satu komplek dengan kantor lurah Cilimus. Tepat di
sebrangnya ada pasar yang cukup luas, sepertinya menjadi pusat kegiatan warga
disini.
Menara masjid Raya Cilimus
Sebelum menuju ke Cilimus, kami melalui tol pendek yang
menyambungkan Cirebon dengan kuningan. Sejak masuk tol, pandagan mengerikan
sudah disajikan tol ini. Antrian kendaraan berderet hingga cukup panjang.
Sebenarnya pemandangan sewarna sudah kami nikmati sejak melintasi pantura. Kami
hanya berharap para pemudik itu segera bosan mengantri, dan besok segera pulang
kerumah masing masing.
Dalam perjalan kami mendapati antrian yang tidak begitu panjang.
Ini karena ada singa-singa yang dipanggul berjajar rapi berwarna-warni.
Menghibur semua yang melihatnya, singa singa itu dipanggul empat orang dan
ditunggangi bocah bocah. Ibu saya
menuturkan, ini tradisi di daerah ini dalam rangka syukuran karena sudah
diberikan rahmat untuk beridul fitri. Seperti yang keluarga kami lakukan, yaitu
sedekah kopi niatnya untuk berkumpul dan bersyukur kepada Allah SWT.
Sekitar satu jam dari Masjid Raya Cilimus kami memasuki
kuningan. Bukan kotanya, kami menuju ke kaki gunung ciremai untuk menikmati air
panas alami. Pemandian air panas inilokasinya tidak begitu jauh dari jalur
utama. Dalam perjalanan, sebuah penanda jalan menunjukkan jalan menuju ke curug
si domba. Baiklah, tujuan selanjutnya sudah ditentukan. Menuju ke pemandian air
panas yang ternyata 24 jam ini memiliki
tempat parkir yang terpisah. Kami akhirnya sampai di tempat pemandian air panas
yang memiliki dua pilihan ini. Ada kolam renang dengan perosotan naganya dan kamar
private. Sayangnya pengunjung tidak bisas memasukinya sekaligus karena pintu
masuknya dipisahkan. Dari luar bangunan tempat pemandian ini berjajar beberapa
ruko yang menjajakn makanan rignan, pakaian hingga rumah makan sederhana.
Dari pintu masuk, nampak jelas penampakan kolam renang air panas
yang saat itu sangat lah ramai. Sekilas tidak menyisakan ruang untuk bergerak.
Akhirnya kami memilih kamar private. Dengan biaya 10 ribu perorang kami masuk
ke areal kamar mandi air panas. Kami meuju ke ruang tunggu untuk bersiap
sejenak sebelum masuk kamar. Di dalam kamar mandi yang terlihat kosong dengan
dua buah keran air dibawahnya, ternyata bagian bawah ruang ini difungsikan
sebagai kolam yang berukuran sekitar 175x100cm ini bisa dipenuhi hingga
kedalaman setinggi betis laki-laki dewasa. Sambil menunggu penuh, kami berempat
(saya dan tiga orang adik saya) mulai berendam. Keran yang satu mengeluarkan
air panas dan satunya air dingin. Air panas disini merupakan air panas alami
karena panas bumi yang tidak mengandung belerang. Kamar ini memiliki penerangan
seadanya yang dibantu cahaya dari luar yang masuk dari sela sela ventilasi.
Kolamnya berbentuk kotak, benar benar kotak. Jadi tidak ada sisi yang bisa
digunakan untuk bersandar secara ergonomis.
Tidak lama kami rasa, bel berbunyi tanda usainya sesi
berendam kami. Baiklah, ini adalah akhir dari wisata air panas kami. Mungkin
setiap sesinya sekitar 15-20 menit saja. Kami berbenah dan keluar dari area
pemandian. Kami melihat jam, dan benar benar masih banyak waktu yang harus kami
habiskan. Lagipula kami berniat menginap bila memang tidak keburu pulang. Tapi
menimbang para pemudik yang masih senang menikmati antrian jalan kami memilih
untuk bermalam disini.
Teringat dengan papan penunjuk jalan tadi, ada wisata curug
. Mengarah ke kaki gunung ciremai kami melewati areal persawahan yang mulai
berganti perlahan menjadi area properti setelah bertanya pada warga sekitar.
Masuk dari jalur utama sekitar tiga kilometer, kami menelusuri jalan dan
mengambil arah ke kiri. ternyata kami menuju jalur yang salah yang
mempertemukan kami dengan gedung perjanjian linggarjati. akhirnya kami
memutuskan untuk kembali ke jalan Utama untuk mencari penunjuk jalan yang
sebelumnya sempat kami temui. Dalam perjalan kami mencari penunjuk jalan kami
disambut dengan sebuah water slide yang cukup tinggi tepat dipinggir jalan.
Sebuah harapan lain setelah kami kecewa menemukan sebuah waterboom yang
ternyata masih dalam tahap pembangunan.
Pemandangan dari tempat parkir Linggarjati
Taman air Sangkan
memiliki lokasi yang terbilang kecil bila dibandingkan dengan waterpark
lain yang pernah kami datangi. Dekorasi yang cukup sederhana dan hanya
terkonsentrasi di sebuah kolam yang airnya warna hijau. ternyata kolam berari
hijau ini adalah kolam ombak. Selain itu, wahana ini memiliki racing waterslide
menggunakan alas khusus yang bisa didapat pengunjung gratis. Water slide
lainnya menggunakan Tube yang bisa didapa dengan menyewa seharga Rp
25.000. Areal waterpark ini seperti
waterpark lainnya bisa dinikmati dengan mengikuti kolam arus. Di sisi lain ada
sebuah kolam renang olympic mini. Saat kami datang waktu itu pukul tiga sore
dan waterpark akan tutup pada pukul lima. Dengan harga tiket masuk sekitar Rp
30.000 per orang (saya lupa harga pastinya)
kami mendapat produk promosi sejumlah tiket berupa minuman teh soda.
Kami tidak menyangka ternyata kolam ombak beroperasi, semua
pengunjung terkonsentrasi di kolam ombak yang memiliki kedalaman sekitar 175cm
ini paling dalam. Seperti ada yang berbeda dengan kolam ombak lain yang pernah
kami nikmati, oh ya ternyat saat ombak menyala kami tidak diiringi musik.
Salah satu keistimewaan waterpark ini, kita bisa menikmati
wahana air sambil menikmati pemandangan megah dari gunung ciremai. Sebuah
gunung yang cukup mencolok bila dibandingkan struktur geografis disekitarnya.
Semakin sore, gunung ciremai mulai mengenakan cincin awan yang ada di
puncaknya. Menambah kesan megah seaakan gunung ciremai menembus awan
memperlihatkan dominasinya diwilayah itu.
Usai dari waterpark, kami mencari penginapan disekitar
pemandian air panas. Di lokasi tersebut terdapat beberapa hotel yang tampak
murah. Kami tergiru dengan penginapan dengan judul losmen. Seharaga 150rb per
malam ditambah satu bed seharaga Rp 30.000rb kami mendapat kamar yang cukup
luas dengan ranjang kingsize. Ditemani tv kabel khas daerah yang jauh dari
pusat kota besar.
Di malam hari kawasan tersebut terbilang sepi karena memang
hari itu adalah hari senin dan kegiatan ekonomi nasional mulai bergulir
kembali.
Keesokan paginya, kami berangkat cukup pagi menuju curug
sidomba. Mengikuti penunjuk jalan yang amat jelas, kami mencapai lokasi sekitar
pukul tujuh pagi. Ternyata mereka belum buka, baru buka jam delapan. Terpaksa
kami memutar dan mencari sarapan dulu sambil menikmati udara pagi di kuningan.
Menuju ke lokasi linggarjati, kami berhenti untuk sarapan di sebuah warung
makan nasi uduk betawi tepat di depan lapangan desa. Agak lucu sebenarnya, jauh
jauh kami kesini, kami disuguhi kembali dengan sajian khas daerah kami sendiri.
Jam8 tepat kami sudah sampai lagi di lokasi curug sidomba.
Masih sepi sekali. Area wisata ini sangat jelas dikelola dengan sangat baik.
Mulai dari infrastruktur hingga penunjuk jalan dari jalur utama. Jalan menurun
menyambaut kami setelah kami membayar retribusi tiket. Sebuah kolam renang yang
masih tutup dan sebuah masjid besar menyambut kami. Sebuah gedung serbaguna dan
areal berkemah ada di papan penunjuk jalan. Melihat gerbang menuju curug masih
ditutup, kami memutuskan jalan jalan sejenak. Areal wisata Curug si domba di
dominasi area berkemah yang datar. Dibuat bertingkat karena terletak di lokasi
yang miring. Tempat ini sangat pas untuk membuat acara outbond dan sebagainya
yang memerlukan areal lapangan yang luas. Dilengkapi taman bermain anak yang cukup luas dan
koleksi hewan yang bisa dinikmati pengunjung.
kami sempatkan befoto pada monumen pancasila dan pramuka
sambil menunggu. Kami segera masuk ke daerah curug setelah gerbang dibuka. Dari
gerbang, anak tangga yang cukup banyak menyambut kami. Kolam kolam berisi ikan
KOI kami jumpai saat kami sudah mencapai bawah. Kolam ini terbuat dari aliran
sungai yang dibendung. Dijaga dengan pagar sehingga tidak bisa dimanfaatkan
pengunjung untuk mandi. Agaknya curug ini tidak sesuai harapan kami, curug yang
ternyata kecil ini dibendung sedemikian rupa sehingga kesan alami hanya tepat
di air yang berjatuhan, selebihnya sudah dibangun menjadi tempat wisata yang
cukup nyaman untuk sekedar menikmati suasana tanpa menikmati segarnya air
curug.
Setelah puas dengan curug ini, kami kembali ke jakarta.
Sebelumnya kami menuju cirebon untuk mencari batik. Satu jam perjalanan kami
mencapai cirebon tepatnya menuju batik Trusmi. Mengandalkan google maps dan
tanya maps. Selesai berbelanja kami menuju Jakarta, melalui jalur pantura
seperti saat kami berngkat. Ternyata, para pemudik masih enggan meninggalkan
pantura. Selepas pintu TOL, kami sudah bergabung dengan arus balik menuju
Jakarta. Dari cirebon kami jalan Jam dua, dan akhirnya sampai dirumah setelah melewati
jalan lurus pantura ditambah isttirahat satu jam pada pukul 4 pagi. Mungkin saya belum pernah
merasakan mudik, tapi kalo merasakan "balik" saya kira itu sudah
termasuk.
Terima kaish atas kunjungannya ke Sidomba kuniingan, kami tunggu kunjungan berikutnya
BalasHapus