Laman

Selasa, 13 Desember 2011

eeh ktp

Jakarta, 12 Desember 2011

dua hari menjelang batas akhir entry data E-KTP. Saya tiba di kelurahan Kebagusan sekitar 7.30 pagi. tidak terlihat antrian bejubel seperti tempo hari saya datangi. Berpikir positif,saya kira antrian sudah berjalan tanpa mengantri nomor antrian. Lain dengan yang saya perkirakan, tidak tampak aktivitas berarti di dalam lobby kelurahan, hanya ada warga yang tengah duduk menanti nomor urutannya dipanggil.

Sedikit berbeda, kali ini tidak ada petugas yang menunggu pendaftaran berkas untuk mendapatkan nomor antrian.
Meja yang biasanya dikerubungi tampak kosong. Menoleh ke kiri, ada sebuah nampan berisikan berkas berkas surat panggilan. Identik dengan nampan yang digunakan petugas yg biasanya memberikan nomor antrian.

Nampan merah itu diletakkan diatas meja tanpa pengawalan petugas, hanya ada dua orang warga tengah duduk di depan meja, menunggu giliran jua tampaknya.

Saya berdiri mengamati sekitar, nasib tidak ada spot terdekat untuk duduk menunggu. Surat panggilan saya letakkan di nampan merah, sesuai informasi yang diberikan seorang pemuda yang duduk tampak nyaman di kursinya.

Tidak banyak, tapi warga terus berdatangan. Terungkap suatu fakta, bila sebagian pengantri adalah pemilik nomor antrian kemarin yang tidak kebagian difoto karena kesalahan teknis.

Beruntung sebuah buku menemani saya mengisi waktu. Hingga pukul 8 lewat, orang orang berkerumun di mengelilingi nampan merah. Tampak sibuk mencari dan sibuk berkata. Memburu secarik kertas dengan nama mereka diatasnya. Mengambil kembali, dan ke rumah ataupun ke aktivitas biasa kembali.

Pembuatan E-KTP hari batal, komputernya rusak.

kalimat ajaib, yang pasti efeknya beragam tergantung pendengar. Menakjubkan, untuk saya ini masalah waktu. Manis.

Okelah, ini kali pertama Negara ini melakukannya. Pembuatan data kependudukan secara digital lengkap dengan sidik jari dan iris mata. Siapa yang dirugikan? tentu warga. Mencari celah waktu diantara kesibukan diahadiahi dengan sebuah penundaan.

Bagaimana alat canggih itu bisa rusak??  Usernya kah? Manufakturnyakah? atau duitnya kah?

sebuah rumor denda hingga di telinga saya, bila lewat batas waktu pembuatan. Bila kejadiannya begini, apakabar denda?

positif saja, suatu perubahan tentu memerlukan pengorbanan bahkan korban sampingan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar