Tampilkan postingan dengan label Health. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Health. Tampilkan semua postingan
Minggu, 19 April 2015
Run Run Run
pernah lari ? jogging?
biar sehat apa biar kurus?
hobby apa cuma ngikut tren?
mau apapun alasannya, lari itu baik.
belum lama gw mecahin rekor sendiri. saya lari sampe hampir 10km(kayanya), what an achievement! haha.
bertahun-tahun lalu, saya mulai lari itu make sepatu futsal merek specs. Sepatu futsal ini, modelnya flat sole nya. jadi sebenernya kurang bagus buat jogging. Waktu itu lari hampir 4km, dan udahannya kakinya tuh berasa sakit. padahal kalo lari awal awal dulu itu diselingin jalan kalo udah kecapean aatau udah ilang motivasi haha. Dugaan pertama, kaki sakit itu disebabkan kontur sepatu yang kurang baik untuk jogging. ditambah track lari saya itu di jalanan, yang lebih sering ngga rata dan naik turun , terus miring miring.
akhirnya beli sepatu lari merk specs harganya 300rb.(300rb buat bertahun tahun, investasi yg hebat) Punya sepatu baru, bukan berarti jadi sering lari larian. Entah bagaimana, tapi lari nya ngga berpola. kalo cuma mau aja, baru dah lari. tiap abis lari, besok-besoknya ilang motivasi sampe nanti motivasi ada lagi. Sama kaya awal lari, kaki tuh sakit udahannya. Teori saya sih, ilangnya motivasi itu disebabkan trauma tiap abis lari. Karena tiap lari kakinya sakit, tepatnya dibagian telapak. Walaupun sakitnya itu ngga separah awal - awal. tapi memang berasa sakit. Dimasa-masa ini, jarak lari paling jauh sekitar 6km, diselingi jalan dan juga sprint. Yang bikin capek itu sprint nya. Bener-bener puas kalo abis sprint.
Nah, akhir akhir ini(maret 2015) baru mulai menyadari kalo saya itu memiliki kaki yang flat. Saya sadar ini sejak smp sebenernya. Beberapa informasi mengenai kaki datar ini ngga saya pahami baik baik. Saya cuma pernah tau kalo kaki flat ini biasanya ngga kuat jalan jauh. Kalo bicara kuat mah, saya kuat jalan jauh, boleh dicoba hehe(sejauh-jauhnya ya jangan jauh-jauh amat haha). kaki saya yang flat ini kalo sekarang ini udah ada perubahan sedikit. lari terakhir yang terakhir saya lakukan adalah rekor lari yang saya sebutkan diatas. sekitar 10km, tanpa jalan, tapi pelan pelan kalo di persimpangan. Saya lari dengan kecepatan santai tapi stabil. setelah 3km an, mulai berasa lain di telapak kaki. Hingga di checkpoint putar balik, udah berasa sakit dan kaki seakan minta istirahat. Tapi saya paksa, tanpa jeda dengan kecepatan stabil.
bener aja, sampe rumah langsung cooling down. Buka sepatu, dan terlihat jelas ada dua garis melintang di tiap telapaknya. Garis berwarna kebiruan ini adalah urat yang berubah warna. Setelah bersih-bersih, mulai terasa nyeri di telapak. Buat ditapaki aja sakit. Nyeri ini berasa sampe sekitar jam 3an. Setelah itu berangsur hilang sampe malemnya. Oh iya, saya selesai lari itu jam 8.30. Efek lain yang ngga diduga, masing -masing tungkai berasa pegal dan nyeri. Dari pengalaman biasanya pegal di tungkai sudah tidak terasa kalau sudah cooling down. Tapi kali ini rasa itu tetap ada.
apa harus saya berhenti berlari?
Minggu, 05 Desember 2010
Hati hati dengan majalah di ruang tunggu dokter/poliklinik
Minggu, 05/12/2010 12:11 WIB
Majalah di Ruang Tunggu Dokter Tularkan Kuman Penyakit
AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
foto: Thinkstock
.
Bakteri dan kuman lainnya memang rawan menulari pengunjung klinik dan rumah sakit. Pengunjung yang sebagian besar adalah pasien memiliki daya tahan tubuh rendah sehingga mudah terinfeksi kuman dalam jumlah sekecil apapun.
Salah satu media penularan kuman di klinik adalah majalah yang disediakan di ruang tunggu. Karena sering bersentuhan dengan orang-orang yang membacanya, diyakini benda-benda ini menjadi sarang yang nyaman bagi berbagai jenis kuman patogen atau penyebab
penyakit.
Karena itulah, dinas kesehatan North Somerset di Inggris mengimbau rumah sakit, klinik dan praktik dokter untuk tidak menyediakan majalah di ruang tunggu. Sebagai gantinya, pasien diimbau untuk membawa majalah sendiri untuk membunuh rasa bosan selagi menunggu giliran diperiksa.
Imbauan ini pertama kali muncul saat terjadi epidemi flu babi yang merebak di kawasan itu beberapa waktu yang lalu. Diharapkan langkah ini bisa mencegah kontaminasi silang dari penderita flu babi ke pasien lain yang kondisi daya tahan tubuhnya sedang menurun.
Namun di beberapa klinik, imbauan ini masih dijadikan standar sampai sekarang karena dinilai ampuh mencegah kontaminasi silang. Manajer sebuah klinik anak di Somerset, Val Denton bahkan mengganti kursi di ruang tunggu dengan bangku yang bisa dilap tiap beberapa jam, meski sedikit mengorbankan kenyamanan pengunjung.
"Kami juga tidak menyediakan mainan anak di sini, sebab jika semua anak memainkannya maka risiko penularan kuman akan tinggi," ungkap Denton seperti dikutip dari Dailymail, Minggu (6/12/2010).
Imbauan untuk membawa majalah sendiri juga mendapat dukungan dari asosiasi pasien di Inggris. Asosiasi ini menilai kalangan dokter wajib melakukan segala upaya untuk mencegah penularan penyakit pada anak-anak, khususnya di klinik dan tempat praktik dokter.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Betapa besar dan sadarnya praktisi kesehatan di Inggris.Langkah yang diambil sangat baik bila diterapkan di Indonesia.Apalagi penyebaran melalui benda benda tersebut seringkali tidak disadari dan dianggap aman.
Yang bisa diperhatikan penyelenggara pelayanan kesehatan di Indonesia,
1.mengganti majalah dengan media lain
langkah ini sudah diterpakan dibanyak lokasi pelayanan kesehatan.Tapi saya pikir bukan dengan tujuan menghindari penularan nosokomial.Menyediakan televisi sangatlah menghibur para pasien yang mengantri tanpa resiko tertular penyakit seperti layaknya majalah.
2.Mainan anak anak
tidak cukup banyak rs/klinik/fasilitas lain yang menyediakan mainan anak anak.Karena itu,sebaiknya mainan anak anak tidak usah disediakan.Cukup gambar/poster informasi kesehatan yang menarik bagi anak anak ditampilkan.
3.kursi tunggu
Bahkan di banyak RS pemerintah kursi menjadi suatu yang diperebutkan.Dimana seringkali terjadi pasien yang membludak,sehingga pasien lain harus rela menunggu lama dalam keadaan berdiri.Walau sangat meyusahkan,tetapi langkah yang diambil Klinik Somerset sangat baik diterpakan demi mencegah penularan penyakit di ruang tunggu.
Hal hal diatas merupakan sedikit perhatian untuk Patient Safety yang tampaknya luput dari perhatian banyak pihak.
Langganan:
Postingan (Atom)