Laman

Senin, 10 Desember 2012

Trip to Sawarna

Hari tahun baru islam. Saya beserta Cucunk Genk berangkat sejak pagi. sekitar pukul 4 pagi dari kediaman di daerah kebagusan jakarta selatan.

rombongan tiga mobil, berpencar dengan kepentingan masing masing dan bertemu di rest area jagorawi.

tiba di rest area yang dimaksud sekitar jam6 pagi lewat. padahal janjinya ketemu jam 4.30

di pagi hari libur itu, pintu tol ciawi sudah mengantri cukup panjang hingga sekitar lebih dari 200 meter. Terlepas dari situ , dijamu kembali di hiruk pikuk pasar tajur.

Dalam perjalan menuju sukabumi, beberapa kali tersendat akibat truk truk besar dari pabrik yang menjamur di kawasan industri dan pasar.

yang menarik di perjalanan keberangkatan, ialah pasar yang kami temui. Kenapa? karena sekilas pandang di dominasi oleh orang orang lanjut usia. Dan di iyakan oleh crew mobil hitam.(mobil hitam di pimpin oleh saya).

Perjalanan terus menlusuri jalan, hingga nanti akan ditemui penunjuk arah. Penunjuk arah ini memberikan informasi bila ke kanan Pelabuhan ratu, lurus RS HERMINA. Setelah pertigaan ini, jalan mulai dinamis. Naik turun, kanan kiri, ada yang berlubang dan pinggir jurang.

di sesi perjalanan ini  mulai terasa lama dan membosankan plus bahaya. Karena jalan yang terus berliku. Dipenghunjung jalan pelabuhan, lalu lintas mulai tersendat. Entah apa penyebabnya, tapi kami melewati sebuah acara rakyat. Di kantor kepala desa digelar acara dengan menggunakan tenda khas hajatan.

Setelah cukup penat di jalan pelabuhan, akhirnya kami sudah berada di kawasan pelabuhan ratu. Diujung jalan pelabuhan, ada perempatan pilih jalan lurus. Menyusuri jalan, kita akan memasuki pasar dengan terminal. Sudah pasti melambatkan laju kendaraan dengan segala kegiatan pasar.

Debur ombak pantai selatan sudah terlihat, Jajaran tempat makan di pinggir pantai tampak. Seingat saya dulu tidak ada saat 13 tahun yang lalu (lama amat hahaha)

Tidak jauh dari pasar, kita akan melewati pos wisata pelabuah ratu. Biaya nya 30 ribu setiap mobilnya.

Tujuan kami adalah cimaja saat itu. Beberapa kilometer kemudian kami sampai di kawasan pantai cimaja lokasi surfing. Di muka jalan, kami di hadang seorang paruh baya yang tampaknya warga sekitar. Memblokir jalan dengan sebuah bambu, dan meminta kami iuran sebesar 5000 untuk membuka blokir tersebut.

Jalan bebatuan itu akhirnya kami lewati setelah membayar "tiket masuk" kepada lelaki paruh baya tersebut. Penuh semak semak, saat memasuki pantai. Matahari terik, tidak memperlihatkan sisi manis pantai surfing desa cimaja.

pantai sudah di lapisi bebatuan, atau memang alami??
tidak ada fasilitas memadai di tempat ini. parkir pun tidak ada pungli (bagus sih).

PANTAI CIMAJA



Tidak sesuai ekspektasi, kami memutuskan untuk makan dulu sebelum melanjutkan perjalanan. Sangat menjauh dari cimaja, terus hingga hampir ke provinsi banten. Kami makan di sebuah rumah makan yang berada diatas bukit. Dari pinggir jalan, tepat di depan rumah makan. Sensasi bebukitan dan pantai biru kehijuan bisa kita nikmati dari sini. Saat itu sudah jam 1 siang. Kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke desa sawarna setelah makan dan sholat zuhur.


Dengan prediksi lama perjalanan 1,5,jam kami berangkat penuh harap. Jalanan berliku naik turun melintasi bukit kami nikmati. Dalam perjalanan kami melintasi spot yg memiliki pemandangan yg sangat menawan. Dari atas bukit, terhampar pantai dengan laut biru. Dengan panorama bukit asri berwarna biru kehijauan memanjakan mata. Sayangnya,waktu yg terbatas memaksa kami untuk terus melanjutkan perjalanan. Sekitar jam3 lewat atau hampir 2jam perjalanan kami sampai di kawasan parkir dan akses masuk desa sawarna. Saat itu cukup banyak mobil yg di parkir. Untuk masuk desa hanya bisa melewati sebuah jembatan kira kira selebar 1meter. Melintasi sungai berair coklat terang.


sekitar 200 meter berjalan kaki, melewati rumah penduduk yang tampaknya mulai berubah fungsi menjadi homestay. Hamparan sawah kita lewati, kemudian semak semak menjadi pintu gerbang terakhir. Tibalah kami di pantai saswarna dengan ombak dan pasirnya yang memanjakan panca indera.





Hamparan pasir lembut, angin sore yang bertiup kencang, ditambah deburan ombak laut selatan menampakkan megahnya keindahan alam.




Di pantai ini terdapat papan peringatan untuk tidak berenang. Namun tidak sedikit yang masuk ke air beberapa meter dari garis pasang surut.













Saya merekomendasi untuk menginap bila melakukan perjalanan kesini. Khususnya bagi mereka yang baru tiba di sore hari. Karena jalanan "naga" yang dilewati tidak dilengkapi penerangan.

Kami berangkat pulang sekitar pukul 17.30. rencananya adalah kami buru buru pulang untuk menghindari "jalur naga" di malam hari. Sesuai prediksi, jalur pulangmenjadi sedikit berbahaya. Jalan sepi memancing pengemudi untuk memacu kendaraan lebih cepat. Disamping jalan yang tidak terlalu buruk, keinginan untuk segera melintasi jalur ini menimbulkan motivasi untuk ngebut.

Sekitar 6 jam perjalanan disertari istirahat makan di sukabumi, kami akhirnya sampai di Pasar Minggu - Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar