Laman

Selasa, 04 Juni 2013

Desir Ombak Desa Sawarna

Pagi buta sebelum kumandang adzan subuh bergema, kami berangkat dengan avanza hitam. Bertemu dengan dua mobil lainnya di rest area TOL Jagorawi sekalian shalat subuh dan sarapan. Berbekal bensin subsidi 100.000 kami melanjutkan perjalanan sekitar jam 06.00 melalui LIDO arah sukabumi menuju pelabuhan ratu. 



Sekitar 4 jam perjalanan kami tiba di  terminal pelabuhan ratu, deburan ombak pantai selatan menggoda kami untuk segera bermain dengannya. Kira kira 1,5 jam kemudian, kami singgah di warung pinggir tebing. Menikmati panorama indah pantai selatan dari ketinggian. Baru kali ini saya bisa menikmati indahnya luasnya lautan biru berpadu dengan bebukitan hijau dipermanis goresan pasir putih di bibir pantainya.



Ba'da zuhur kami tiba di desa sawarna, setelah berkali kali bermnuver tajam menaklukan jalur naga. Kualitas jalan cukup baik, jalan yang menghubungkan jawa barat dan banten ini cukup lebar untuk dilalui 2 kendaraan. Hingga nanti kita akan masuk ke jalan menuju desa sawarna. Memasuki gapura selamat datang Desa Wisata Sawarna, jalan akan mengecil. Pas-pasan dengan ukuran dua mobil melintas. Kondisi jalan pun berlubang walau tidak sepanjang jalan. curam dan terjal jalan pun makin ekstrem di jalan ini. Tapi di sepanjang tanjakkan atau turunan, kondisi jalan baik untuk dilalui.

Di jalan tersebut, akan ditemui turunan curam, panjang, dan berbelok belok. Mungkin hampir 400m panjangnya. Turunan yang ekstrem dipadu tikungan tajam. Mungkin membuat anda memikirkan bagaimana saat arah pulang nanti.

Tiba di jembatan penghubung ke desa sawarna. Yang mana satu satunya jalan mudah untuk kesana. Puluhan mobil berjajar memnuhi tempat parkit. Kami terpaksa parkir agak jauh dari pintu masuk. Karena mobil sudah berjajar dan juga diarahkan tukang parkir. Tapi ternyata di dekat pintu masuk ada yang kosong. Di tempat kami parkit, kami melihat biawak liar. sekitar 130 cm panjangnya,sayangnya tidak sempat diabadikan dengan kamera. Biawak lari masuk ke semak.

Jembatan yang hanya satu satunya itu hanya muat sebuah motor , sedangkan motor yang melintas dari kedua arahnya banyak. Serasa kemacetan dijakarta, sampai sesak karena asap. Awalnya jembatan terasa stabil, tapi saat menjejakkan kaki di tengah tengah jembatan, goyangan jembatan akan terasa dan memaksa kita untuk berpegangan lebih erat. Diabawahnya sungat kecoklatan yang tidak terlalu dalam. Beberapa puluh meter dari jembatan, terlihat muara sungai menuju samudera hindia.

Di pintu masuk ini, kami dimintai retribusi sebesar 5000 rupiah per kepala. Berbeda dengan sebelumnya, beberapa bulan lalu masih sebesar 3000 rupiah. atau mungkin karena liburan panjang?? entahlah.

Pada dasarnya lokasi ini memang daerah pemukiman, sehingga tata bangunan pun agak kurang pas untuk para wisatawan. Bangunan yang awalnya masih sebuah konstruksi saat pertama kali datang kesini, sekarang sudah menjadi penginapan yang siap memanjakan wisatawan.

Kami segera menuju ke tempat penginapan yang sebelumnya sudah kami pesan. ternyata penginapan tersebut penuh, dan kami diarahkan untuk menginap di rumah pemiliknya. Letaknya agak jauh ke dalam, meyusuri pemukiman warga. Warga disini tampak sudah terbiasa dengan wisatawan, jadi cukup welcome dengan wisatawan.

Beyond expectation, kami rumah menginap dengan tiga kamar. Diruang utama berjajar kasur kasur di depan tv dan dua buah kamar mandi. Dinding berwarna kuning cerah, lengkap dengan tv dan dispenser untuk minum. Ini sih cukup untuk 25 orang untuk tidur. Dan kami mengisi hanya bertiga belas dengan harga sama.

Furnitur di dalam rumah pun sepertinya sudah dipindahkan ke tempat lain, sehingga sangat pas menjadi home stay. Ngomong ngomong harganya, kami di patok 120.000 per kepala untuk penginapan dan 3x makan. Harga ini yang biasanya 80.000 naik karena libur panjang.



untuk makan, kami harus berjalan agak jauh. Makan ala prasmanan dengan menu biasa sebenarnya, tapi rasa dan kesegarannya makanannya memanjakan lidah. Kami harus berjalan hampir 100m untuk menuju ke tempat makan. Di lokasi ini tidak ditemukan rumah makan, dan kalau mau mencari diluar pun sangat jauh. Apalagi jalan ekstrem.

Hari itu cuacanya tidak secerahnya pertama kali kami datang. Agak mendung. Menuju pantai kami harus berjalan hampir 300m. Tapi itu semua terbayar dengan kelembutan pasir putih pantai memberikan sensasi relaksasi yang menenangkan. Pantai yang luas ini sangat cocok untuk sore hari. Karena sepanjang mata memandang, tidak pohon yang bisa meneduhkan. Hanya semak belukar yang mengisolasi pantai dari jamahan manusia. 







Kami menantikan sunset yang kami lewatkan kala kunjungan pertama, tapi ternyata sang alam tidak mengijinkan kami bertemu sunset. kami dijamu awan mendung yang datang dari arah selatan, membawa hujan deras menyegarkan. Bermandi hujan, menanti matahari terbenam di pinggir pantai. Tanpa petir dan guntur yang mengancam, suasananya pas sekali untuk mereka yang lagi galau haha.

malamnya tidak banyak yang bisa dilakukan disini, kecuali beristirahat di dalam home stay dan beberapa match PES. 

Paginya kami menuju tanjung layar. sebuah karang besar alami nan eksotis di sebelah timur. Perjalanan kesana kurang terawat, jalan tanah yang berubah menjadi lumpur setelah hujan lebat semalam. Namun tidak berarti ketika tiba di lokasi. Barrier karang alami pemecah ombak, luar biasa. Memberikan efek pecahan ombak besar, menakjubkan. Pas sekali untuk sekedar bergaya haha. Di dekatnya ada laguna, cocok untuk berenang. Saya sempatkan berenang disana, saya hanya berdua dengan seorang teman. Menikmati sepenuhnya laguna alami tersebut. Pengunjung yang lain tidak tau bagaimana serunya berenang disini. 











Selepas zuhur kami berangkat pulang. Bayar parkir inap, 25.000/ mobil. Di tanjakkan paling ekstrem salah satu mobil mogok. Dan terpaksa berhenti dan sempat menghentikan arus lalu lintas di jalan yang pas pasan untuk dua buah mobil. ternyata selang radiatornya ada yang bocor. Mesin mobil sekejap panas. Bermodalkan alat yang ada, selang yang bocor di tambal. dan menunggu dingin mesin setelah mencari air. Sekitar 4 jam berjibaku dengan selang bocor, kami bertemu montir penyelamat. Sebenarnya bukan bengkel mobil, tapi kebetulan ada yang mengakali untuk memotong selang dan menyambung lagi. Beruntung bocornya ada di ujung, bukan di tengah. 

 pinggir pantai tempat makan siang di malam hari



Menjelang matahari terbenam, kami singgah dirumah makan. Yang melayani seorang bocah lelaki kecil. Perjalanan lanjut setelah makan, melewati jalan berliku gelap yang saat berangkat kami lewati. Pulangnya kami beriringan, iring iringan sukes dilaksanakan hingga mencapai tol Jagorawi. 

Teori untuk pulang sekitar ba'da isya ternyata kurang tepat. Petualangan mendinginkan mesin mobil memaksa kami kembali sampai rumah sekitar jam 11 malam.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar